Media tidak banyak menyentuh tentang perhimpunan tokoh-tokoh anti-Islam dunia di Jerusalem pada 14 Disember baru-baru ini. Antara yang hadir ialah Geert Wilders yang membuat filem 'Fitna', Daniel Pipes dan Aryeh Eldad, seorang tokoh sayap kiri di parlimen Israel.
Mereka berhimpun di Jerusalem dalam acara konferens anti-Islam yang dianjurkan Israel. Dalam konferens sehari itu, Wilders dalam ucapannya mengakui dirinyaseorang pembenci Islam. Dia memuji Israel yang telah menganjurkan konferens tersebut dan mengatakan yang konferensi anti-Islam juga mesti diadakan di Belanda dan di negara-negara Eropah lainnya.
Wilders juga mengatakan invasi Barat ke negeri-negeri Muslim seharusnya tidak hanya menjadikan kelompok-kelompok Islam militan sebagai sasaran serangan mereka, tetapi juga harus menyerang agama Islam itu sendiri. Ucapan Wilders yang berisi penghinaan terhadap Islam, Muslim dan al-Quran mendapat sambutan "standing ovation" dari para hadirin.
Sambutan itu membuktikan peningkatan rasa kebencian terhadap Islam di Israel, yang memang bersikap 'hangat' pada tokoh-tokoh sayap kiri di Eropah yang terang-terangan bersikap rasis dan membenci Islam dan Muslim. Ketika ini, Wilders memang sedang berganding bahu dengan orang-orang Yahudi anti-Islam di Israel dan Amerika Utara, untuk menyebarkan kebencian dan fitnah terhadap Islam.
Berbeza dengan Wilders, Daniel Pipes mengatakan, tidak bijak jika agama Islam dijadikan sasaran serangan kerana jika yang dibidik ialah Islam, hal itu akan menimbulkan perlawanan dari umat Islam keseluruhannya dan umat Islam akan bersatu membela agamanya.
"Mereka yang menganggap Islam lebih penting untuk dijadikan musuh dan bukan jihad, tidak menyedari adanya perubahan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Kalangan Islam moderat, meski jumlahnya kecil, tapi bertambah kuat dalam dua tahun belakangan ini," ujar Pipes.
Pipes dan pembicara lainnya dalam konferensi itu mendukung AS agar melanjutkan perangnya melawan kalangan yang mereka sebut sebagai "Islam radikal", melihat fakta makin menguatnya kelompok-kelompok Islam di banyak wilayah di dunia Islam. Salah satunya kelompok Taliban di Afghanistan.
Pipes juga menyatakan sokongannya terhadap kelompok-kelompok di Israel yang menolak proses perdamaian dengan Palestin di Jalur Gaza, Tebing Barat dan Jerusalem Timur dan menolak pembentukan negara Palestin merdeka.
"Saya menyarankan untuk menghancurkan harapan bangsa Palestin yang menginginkan kebebasan dan kemerdekaan kerana keinginan itu sama ertinya dengan keinginan untuk menghancurkan Israel," kata Pipes, seorang Yahudi Amerika yang mendukung sikap anti-Islam Presiden George W. Bush.
Dia menyarankan agar Israel mengusir warga non-Yahudi dari wilayah Palestin-Israel dan menerapkan apartheid secara penuh untuk menghapuskan hak-hak bangsa Palestin.
Seorang lagi yang memberikan ucapan iaitu Profesor John Lewis dari Universiti Duke mengatakan, perang melawan kalangan "Islam radikal" sebaiknya tidak hanya difokuskan di negara-negara Arab, tapi juga di negara-negara Muslim non-Arab seperti Indonesia dan Turki.
Mengomentari konferens itu, Profesor Kajian Islam di Universiti Hebron, Ismael Shindi mengatakan, konferens yang diadakan Israel di Jerusalem itu jelas sebuah konferens yang ingin menyebarkan kebencian.
"Orang-orang yang hadir di konferens itu bukan cendikiawan yang mahukan kebenaran, tetapi orang-orang termotivasi oleh penyakit dan kebencian buta terhadap Islam dan Muslim. Latar belakang dan reputasi mereka, telah merosakkan intelektual dan moral mereka," ujar Shindi.
"Mereka dengan mudahnya mengatakan Islam adalah musuh Barat atau Islam adalah agama kekerasan. Lantas, bagaimana mereka memandang aksi-aksi kekerasan, genosida dan holocaust yang dilakukan orang-orang Kristian di Barat selama 2000 tahun, dan kekejaman-kekejaman Yahudi di era moden sekarang ini?" papar Shindi.
Beliau mengatakan, jumlah korban perang Muslim sejak awal Islam tidak lebih banyak dari korban akibat satu perang yang dikobarkan orang Kristian atau Eropah. Shindi menambahkan, konferens anti-Islam itu menunjukkan makin berkembangnya persepakatan antara kekuata Nazi-Yudea di kalangan orang-orang fasis di Eropah dan Israel. Kerjasama itu, kata Shindi, membuktikan banyak Yahudi Zionis yang tidak lagi menentang prinsip-prinsip Nazisme. (ln/PIC)
0 comments:
Post a Comment